Site icon BeritaViva24

Cadangan Devisa Indonesia Naik Di Akhir Oktober, Rupiah Stabil

Cadangan Devisa Indonesia Naik Di Akhir Oktober, Rupiah Stabil
Cadangan Devisa Indonesia Naik Di Akhir Oktober, Rupiah Stabil

Cadangan Devisa Indonesia, peningkatan cadangan devisa Indonesia di akhir Oktober 2025 menjadi sorotan utama di tengah situasi ekonomi global yang masih di liputi ketidakpastian. Berdasarkan laporan resmi Bank Indonesia (BI), posisi cadangan devisa nasional mencapai US$149,9 miliar, naik dari US$147,2 miliar pada September 2025.

Sumber kenaikan cadangan devisa tersebut berasal dari penerimaan pajak dan jasa, penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, dan surplus transaksi berjalan. Namun di balik data teknis itu, terdapat kisah koordinasi kebijakan moneter, fiskal, dan sektor riil yang saling menopang, menjaga kepercayaan investor dan kestabilan rupiah di tengah volatilitas pasar keuangan dunia.

Sementara itu, di pasar valuta asing, rupiah menunjukkan performa relatif stabil, bergerak di kisaran Rp15.780 per dolar AS. Penguatan ini terjadi setelah BI melakukan intervensi terukur di pasar spot dan instrumen derivatif DNDF. Langkah itu berhasil menenangkan pasar yang sempat cemas akibat sinyal kebijakan suku bunga The Fed yang cenderung hawkish.

BI mencatat posisi tersebut cukup untuk membiayai 7,3 bulan impor atau 7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Jauh di atas standar kecukupan internasional (3 bulan). Artinya, Indonesia memiliki bantalan kuat untuk menghadapi guncangan eksternal, mulai dari gejolak geopolitik hingga perubahan arus modal global.

Harga batu bara yang kembali menembus US$150 per ton. Dan meningkatnya permintaan global terhadap nikel dan CPO membuat neraca perdagangan tetap surplus. Di sisi lain, kebijakan hilirisasi mineral dan peningkatan nilai tambah produk ekspor memberi efek pengganda yang besar terhadap devisa negara.

Cadangan Devisa Indonesia, namun di balik optimisme tersebut, BI tetap waspada terhadap risiko global yang bisa mengganggu stabilitas ekonomi. Ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan Eropa Timur, serta ketidakpastian arah kebijakan suku bunga The Fed, masih berpotensi menimbulkan tekanan terhadap mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.

Surplus Perdagangan Dan Arus Modal: Penopang Utama Cadangan Devisa

Surplus Perdagangan Dan Arus Modal: Penopang Utama Cadangan Devisa, kinerja perdagangan luar negeri Indonesia menjadi pilar utama dalam peningkatan cadangan devisa. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan surplus neraca perdagangan sebesar US$3,2 miliar pada Oktober 2025. Menandai 41 bulan berturut-turut Indonesia mencatatkan surplus sejak 2022. Lonjakan ekspor nonmigas menjadi motor penggerak utama, terutama dari sektor batu bara, logam dasar, dan produk kimia.

Ekspor ke Tiongkok meningkat 9,4% di bandingkan bulan sebelumnya, di susul India dan Amerika Serikat masing-masing 6,7% dan 4,8%. Peningkatan permintaan global terhadap nikel dan turunannya menunjukkan keberhasilan strategi hilirisasi industri yang telah di canangkan pemerintah sejak 2020. Industri pengolahan nikel dan bauksit kini memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan ekspor.

Selain ekspor, remitansi tenaga kerja Indonesia (TKI) juga menjadi sumber devisa yang stabil. Selama Oktober 2025, total remitansi mencapai US$1,15 miliar, naik 7% di bandingkan tahun sebelumnya. Remitansi terbesar berasal dari kawasan Timur Tengah dan Asia Timur. Yang menunjukkan bahwa stabilitas sektor tenaga kerja luar negeri tetap terjaga.

Sektor pariwisata pun mulai bangkit setelah terdampak pandemi. Jumlah wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia mencapai 1,3 juta pada Oktober, naik 18% di bandingkan tahun lalu. Destinasi unggulan seperti Bali, Labuan Bajo, dan Mandalika kembali ramai, memberikan tambahan pemasukan devisa yang signifikan. BI memperkirakan total pendapatan devisa pariwisata tahun ini mencapai US$14,5 miliar.

Tak hanya dari sektor riil, aliran investasi asing langsung (FDI) juga mengalami peningkatan. Berdasarkan data Kementerian Investasi, nilai FDI kuartal ketiga 2025 mencapai US$14,3 miliar. Di dominasi oleh investasi di sektor manufaktur baterai, energi terbarukan, dan logistik. Arus modal ini memperkuat posisi devisa dan menunjukkan bahwa investor global masih memandang Indonesia sebagai tujuan yang menarik.

Strategi Bank Indonesia: Menjaga Rupiah Di Jalur Stabil

Strategi Bank Indonesia: Menjaga Rupiah Di Jalur Stabil, kebijakan Bank Indonesia (BI) dalam menjaga kestabilan rupiah menjadi faktor kunci di balik terkendalinya volatilitas pasar. BI terus menjalankan strategi intervensi ganda, yakni di pasar spot dan pasar DNDF, serta mendukung stabilitas di pasar surat berharga negara (SBN). Pendekatan ini memungkinkan BI menyeimbangkan arus modal tanpa menciptakan tekanan inflasi.

Pada Oktober 2025, BI kembali mempertahankan suku bunga acuan BI-Rate di level 6,25%. Keputusan yang di anggap tepat untuk menjaga keseimbangan antara stabilitas dan pertumbuhan ekonomi. Perry Warjiyo menjelaskan, “Kami ingin memastikan bahwa kebijakan moneter tidak hanya reaktif terhadap kondisi global, tapi juga adaptif terhadap dinamika domestik.”

Selain menjaga kurs, BI juga mengelola likuiditas perbankan melalui operasi pasar terbuka. Likuiditas yang cukup membuat sektor keuangan tetap sehat dan mampu mendukung penyaluran kredit, yang pada gilirannya mendorong pertumbuhan ekonomi.

Dalam menghadapi tekanan eksternal, BI juga memperkuat kerja sama regional melalui Local Currency Transaction (LCT) dan Bilateral Currency Swap Arrangement (BCSA). Indonesia telah menjalin LCT dengan Tiongkok, Malaysia, Jepang, dan Korea Selatan. Langkah ini membantu mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS dan memperkuat perdagangan antarnegara dalam mata uang lokal.

Kebijakan stabilisasi ini juga mendapatkan dukungan dari Kementerian Keuangan yang berperan menjaga defisit fiskal tetap rendah dan menjaga kredibilitas fiskal. Kolaborasi erat antara BI dan Kemenkeu melalui Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menjadi faktor kunci yang menjaga kepercayaan pasar terhadap perekonomian Indonesia.

Pasar obligasi domestik juga menunjukkan ketahanan. Yield SBN 10 tahun stabil di kisaran 6,6%, sementara kepemilikan asing di pasar SBN mencapai 14%, menunjukkan tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap stabilitas ekonomi Indonesia.

Selain itu, BI juga terus mengembangkan digitalisasi transaksi keuangan, seperti sistem BI-FAST dan QRIS lintas negara, untuk memperkuat infrastruktur keuangan domestik. Peningkatan efisiensi sistem pembayaran ini menjadi fondasi penting dalam menjaga kestabilan sistem moneter secara menyeluruh.

Prospek Ke Depan: Stabilitas Ekonomi Dan Tantangan Global

Prospek Ke Depan: Stabilitas Ekonomi Dan Tantangan Global, dengan cadangan devisa yang kuat dan nilai tukar rupiah yang stabil, prospek ekonomi Indonesia pada 2026 di nilai positif. BI memperkirakan posisi cadangan devisa bisa meningkat hingga US$155 miliar pada akhir tahun depan, seiring dengan stabilnya arus modal dan surplus perdagangan.

Namun, tantangan eksternal tetap ada. Ketegangan geopolitik di Timur Tengah, perang dagang AS-Tiongkok, dan ketidakpastian suku bunga The Fed bisa memicu fluktuasi harga komoditas dan arus modal global. Dalam kondisi seperti ini, kebijakan moneter dan fiskal yang adaptif menjadi kunci.

Kementerian Keuangan memastikan bahwa defisit APBN akan di jaga di bawah 3% PDB. Sementara kebijakan pembiayaan di fokuskan pada pasar domestik agar risiko eksternal bisa di minimalkan. “Kami ingin memastikan bahwa pengelolaan fiskal tetap disiplin namun tetap pro pertumbuhan,” ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani.

Pemerintah juga terus memperkuat hilirisasi industri dan pengembangan pariwisata sebagai sumber devisa baru. Proyek pengolahan mineral, pembangunan kawasan ekonomi khusus, serta program Golden Visa untuk investor asing di harapkan menjadi pendorong tambahan bagi stabilitas devisa di masa depan.

Ekonom Teguh Dartanto dari LPEM UI menilai bahwa peningkatan cadangan devisa merupakan indikator kepercayaan yang tinggi terhadap ekonomi Indonesia. “Ketika cadangan devisa naik, itu bukan hanya karena transaksi ekspor-impor, tetapi juga karena kepercayaan pasar. Investor global menilai Indonesia sebagai ekonomi yang stabil dan punya tata kelola yang baik,” ujarnya.

Dengan kombinasi kebijakan moneter yang hati-hati, fiskal yang disiplin, dan sektor riil yang produktif, Indonesia berpeluang besar menjaga stabilitas makroekonomi di tengah ketidakpastian global. Rupiah yang stabil, inflasi rendah, dan cadangan devisa yang kuat akan menjadi fondasi bagi pertumbuhan ekonomi berkelanjutan menuju Indonesia Emas 2045 Cadangan Devisa Indonesia.

Exit mobile version