Senin, 23 Juni 2025
Profil Samudera Pasai Kerajaan Islam Pertama Di Indonesia
Profil Samudera Pasai Kerajaan Islam Pertama Di Indonesia

Profil Samudera Pasai Kerajaan Islam Pertama Di Indonesia

Profil Samudera Pasai Kerajaan Islam Pertama Di Indonesia

Facebook Twitter WhatsApp Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email Print
Profil Samudera Pasai Kerajaan Islam Pertama Di Indonesia
Profil Samudera Pasai Kerajaan Islam Pertama Di Indonesia

Profil Samudera Pasai Adalah Kerajaan Islam Paling Pertama Yang Ada Di Indonesia Sekitar Abad 13 Yang Ada Di Utara Sumatera. Tepatnya di Lhokseumawe, Provinsi Aceh saat ini. Kerajaan ini di bangun oleh Sultan Malik al-Saleh sekitar tahun 1267 M. Seorang raja yang menganut agama Islam dan menjadi pionir penyebaran Islam di Nusantara. Sebelum mempercayai Islam, ia di kenal sebagai Meurah Silu. Setelah masuk Islam, ia mengubah namanya menjadi Sultan Malik al-Saleh dan menjadikan Samudera Pasai sebagai pusat pemerintahan Islam.

Samudera Pasai mempunyai peran vital dalam penyebaran Islam di Indonesia dan Asia Tenggara. Selain sebagai pusat dakwah, kerajaan ini juga menjadi persinggahan dagang yang baik. Letaknya yang berada di jalur pelayaran internasional menjadikannya tempat singgah untuk pedagang dari Arab, Persia, India, Tiongkok, dan daerah lain. Melalui hubungan dagang ini, Islam menyebar secara damai kepada masyarakat setempat. Ulama-ulama dari Timur Tengah juga datang ke Pasai untuk berdakwah dan memberikan pengajaran keagamaan untuk penduduk. Pengaruh Islam selanjutnya menyebar ke sejumlah wilayah di Sumatra dan bahkan ke Jawa. Dalam bidang pemerintahan dan kebudayaan, Samudera Pasai mencatatkan kemajuan yang drastis. Sistem pemerintahan kerajaan di atur berdasarkan prinsip-prinsip Islam. Gelar “Sultan” mulai di pakai sebagai pengganti gelar raja, memperlihatkan pengaruh budaya Islam yang kuat.

Selain itu, pemakaian mata uang emas yang di sebut “dirham” memperlihatkan kemajuan ekonomi dan peran vital kerajaan ini dalam perdagangan. Bahasa Arab mulai di pergunakan dalam penulisan naskah-naskah keagamaan. Sedangkan bahasa Melayu yang sudah di pengaruhi oleh Arab menjadi media komunikasi antar wilayah. Profil Samudera Pasai warisan kerajaan ini masih dapat di lihat sampai sekarang. Terutama lewat makam Sultan Malik al-Saleh dan peninggalan-peninggalan arkeologis lainnya. Samudera Pasai menjadi lambang penting dalam sejarah Islam di Indonesia. Membuktikan bahwa Islam berkembang secara damai lewat jalur perdagangan dan budaya.

Mengenal Profil Samudera Pasai Dari Rajanya

Raja pertama sekaligus pendiri Samudera Pasai ialah Sultan Malik al-Saleh, sebelumnya di ingat sebagai Meurah Silu. Menurut naskah sejarah contohnya Hikayat Raja-raja Pasai, Meurah Silu masuk Islam sesudah berjumpa dengan seorang ulama dari Timur Tengah. Setelah memeluk Islam, ia mengubah namanya menjadi Sultan Malik al-Saleh dan membangun kerajaan yang berbasis pada ajaran Islam. Ia merupakan pemimpin berwawasan yang menjadikan Islam sebagai dasar negara. Di bawah kepemimpinannya, Samudera Pasai berkembang menjadi sentra perdagangan dan dakwah Islam yang berpengaruh di Asia Tenggara.

Setelah Sultan Malik al-Saleh wafat pada tahun 1297 M, kepemimpinan di teruskan oleh putranya, Sultan Muhammad Malik al-Zahir. Ia di kenal sebagai raja yang cerdas dan religius. Pada era pemerintahannya, koneksi diplomatik dengan Timur Tengah menjadi kuat. Bahkan, Ibnu Battuta, seorang musafir asal Maroko, pernah mendatangi kerajaan Samudera Pasai di abad ke-14. Mencatat bahwa Sultan Muhammad Malik al-Zahir ialah raja yang taat beragama dan menghargai para ulama. Di masa ini pula, Samudera Pasai semakin bertumbuh sebagai pusat ilmu pengetahuan Islam dan perdagangan internasional.

Raja-raja selanjutnya meneruskan tradisi pemerintahan yang berdasarkan Islam. Mereka menjalin relasi kuat dengan pedagang dan ulama dari Persia, India, serta Arab. Gaya kepemimpinan sejumlah sultan ini mencerminkan sinergi antara kekuasaan politik dan keagamaan. Mengenal Profil Samudera Pasai Dari Rajanya mereka tidak sekedar membangun pelabuhan dan menyolidkan ekonomi. Tetapi juga mendirikan madrasah, masjid, dan mendatangkan ulama untuk mengajarkan syariat Islam. Hal ini membuat Samudera Pasai menjadi sentra penyebaran Islam ke daerah lain di Nusantara, misalnya Minangkabau, Jawa, dan Kalimantan.

Awal Mula Keruntuhan

Kerajaan Samudera Pasai adalah kerajaan Islam pertama di Indonesia yang berdiri sekitar abad ke-13 M di pesisir utara Aceh. Pada era kejayaannya, Samudera Pasai menjadi sentra perdagangan dan penyebaran agama Islam yang terbilang berpengaruh di kawasan Asia Tenggara. Namun, seperti mayoritas kerajaan besar lainnya, kejayaan tersebut tidak bertahan selamanya. Awal Mula Keruntuhan Samudera Pasai terjadi secara bertahap, di mulai oleh berbagai faktor internal maupun eksternal yang saling terhubung.

Salah satu pemicu utama mulainya keruntuhan Samudera Pasai ialah melemahnya kekuasaan internal. Setelah era pemerintahan Sultan Muhammad Malik al-Zahir yang berjaya. Terjadi kompetisi dan perebutan kekuasaan di antara keluarga kerajaan dan para bangsawan. Konflik internal ini membuat ketidakstabilan politik yang menggoyang sistem pemerintahan dan memperburuk keadaan sosial masyarakat. Pemerintahan yang lemah dan tidak terkoneksi membuka kesempatan untuk kekuatan luar supaya ikut campur dalam urusan dalam negeri Pasai.

Selain itu, penyebab eksternal yang sangat memengaruhi keruntuhan Samudera Pasai ialah kedatangan bangsa Portugis. Pada awal abad ke-16, Portugis mampu menguasai Malaka di tahun 1511. Hal ini tergolong merugikan Samudera Pasai karena Malaka merupakan mitra dagang penting dan kompetitor dalam jalur perdagangan internasional. Dengan di kuasainya Malaka oleh Portugis, rantai perdagangan rempah-rempah dan barang lainnya mulai di pindahkan ke tangan mereka. Posisi strategis Samudera Pasai sebagai pelabuhan dagang pun terjatuh, dan kegiatan ekonominya langsung menurun tajam.

Peninggalan Yang Menjadi Jejak Sejarah

Kerajaan Samudera Pasai adalah tonggak penting dalam sejarah Indonesia. Sebagai kerajaan Islam pertama yang tumbuh sekitar abad ke-13 Masehi di daerah pesisir utara Aceh, tepatnya di Lhokseumawe. Meskipun kerajaan ini sudah runtuh sejak abad ke-16, sejumlah peninggalannya masih bisa di jumpai hingga hari ini. Peninggalan-peninggalan tersebut menjadi bukti konkret keberadaan dan kejayaan Samudera Pasai, sekaligus menguatkan khazanah sejarah Islam di Nusantara. Salah satu peninggalan paling penting ialah kompleks kuburan raja-raja Samudera Pasai, terutama makam Sultan Malik al-Saleh, pendiri kerajaan ini. Makam ini berada di Gampong Beuringen, Kecamatan Samudera, Aceh Utara.

Nisan makamnya berasal dari batu granit yang di ukir memakai tulisan Arab, membuktikan solidnya dampak budaya Islam di waktu itu. Tulisan tersebut mengatakan nama sultan dan tahun wafatnya, yakni 1297 M. Gaya seni ukiran nisan ini memperlihatkan adanya hubungan dengan dunia Islam di luar negeri, misalnya Gujarat, India. Peninggalan penting lainnya ialah mata uang emas Samudera Pasai yang di kenal dengan nama dirham. Dirham Pasai menjadi salah satu tanda bahwa kerajaan ini mempunyai sistem ekonomi yang maju dan sudah mengenal konsep perdagangan internasional. Mata uang ini di pakai dalam kegiatan perdagangan dengan pedagang dari Arab, Persia, India, sampai Tiongkok.

Tak kalah penting ialah peninggalan seperti naskah-naskah kuno dan catatan sejarah contohnya Hikayat Raja-raja Pasai. Naskah ini adalah karya sastra klasik Melayu yang memuat asal-usul kerajaan, perjalanan spiritual seluruh rajanya, serta tahap Islamisasi di Nusantara. Hikayat ini bukan sekedar menjadi sumber sejarah, namun juga karya sastra yang berharga dalam pelajaran budaya Melayu dan Islam. Secara keseluruhan, Peninggalan Yang Menjadi Jejak Sejarah Samudera Pasai yakni makam, mata uang, naskah kuno, dan tradisi keagamaan. Memperlihatkan betapa vitalnya peran kerajaan ini dalam membentuk identitas Islam di Nusantara. Demikianlah penjelasan mengenai Profil Samudera Pasai.

Share : Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email WhatsApp Print

Artikel Terkait