
News

UBC Studi: Influenza Tetap Ancaman Meski Setelah COVID-19
UBC Studi: Influenza Tetap Ancaman Meski Setelah COVID-19

UBC Studi menunjukkan bahwa meskipun dunia telah memasuki fase pascapandemi COVID-19, virus influenza tetap menjadi ancaman serius terhadap kesehatan masyarakat global. Penelitian ini di publikasikan dalam Journal of Global Infectious Diseases pada Juni 2025, dan melibatkan kolaborasi lintas disiplin antara ahli epidemiologi, virologi, dan kesehatan masyarakat di Kanada dan mitra internasional.
Studi tersebut di dasarkan pada data surveilans dari 22 negara selama periode 2022 hingga 2024, di mana para peneliti mengamati bahwa setelah pelonggaran protokol kesehatan COVID-19, terjadi lonjakan kembali kasus influenza musiman, bahkan dalam beberapa kasus melebihi angka sebelum pandemi. Temuan ini cukup mencengangkan mengingat banyak pihak menduga bahwa peningkatan kekebalan kolektif akibat vaksinasi dan paparan COVID-19 dapat turut menghambat penyebaran virus lain.
Namun realitasnya, menurut Profesor Dr. Marianne Klug dari Divisi Penyakit Menular UBC, justru sebaliknya. Ia menyatakan bahwa pandemi telah menciptakan “gap imunitas” di sebagian besar populasi, terutama pada anak-anak dan lansia, karena rendahnya paparan terhadap influenza selama dua tahun pertama COVID-19. Penurunan sirkulasi virus flu yang drastis akibat lockdown, penggunaan masker, dan pembatasan sosial telah menurunkan respons kekebalan alami terhadap influenza, sehingga ketika protokol di cabut, tubuh lebih rentan.
Data yang di kumpulkan menunjukkan bahwa dalam musim flu 2023–2024, angka rawat inap akibat influenza meningkat 27 persen di bandingkan tahun 2018–2019. Selain itu, kasus komplikasi seperti pneumonia, infeksi telinga tengah, hingga peradangan jantung terkait flu menunjukkan tren naik. Hal ini memperkuat argumen bahwa influenza tidak boleh di anggap remeh, sekalipun perhatian dunia masih banyak tersita oleh mutasi COVID-19 dan ancaman virus zoonosis lain.
UBC Studi menekankan bahwa strategi kesehatan masyarakat harus kembali menempatkan influenza sebagai prioritas. Selain menjaga kesiapan vaksin tahunan, penting pula untuk memperkuat sistem deteksi dini, mendorong perilaku higienis berkelanjutan, serta meningkatkan literasi kesehatan masyarakat tentang ancaman virus musiman.
Karakter Influenza Yang Kompleks: Mengapa Ia Sulit Dihadapi Secara Permanen
Karakter Influenza Yang Kompleks: Mengapa Ia Sulit Dihadapi Secara Permanen merupakan salah satu virus yang paling kompleks dan cepat bermutasi di antara virus pernapasan. Karakteristik unik inilah yang membuatnya tetap menjadi tantangan besar dalam bidang virologi dan kesehatan masyarakat, bahkan setelah dunia di guncang oleh pandemi COVID-19. Studi UBC menekankan bahwa memahami kompleksitas influenza sangat penting dalam menyusun kebijakan jangka panjang.
Virus influenza terbagi menjadi beberapa jenis utama, yaitu influenza A, B, C, dan D, dengan tipe A dan B yang paling sering menyebabkan wabah musiman pada manusia. Influenza A sendiri memiliki berbagai subtipe, berdasarkan kombinasi protein hemaglutinin (H) dan neuraminidase (N), seperti H1N1 dan H3N2. Mutasi yang terjadi secara terus-menerus, di kenal sebagai antigenic drift, membuat sistem kekebalan manusia sulit mempertahankan perlindungan jangka panjang terhadap virus ini.
Studi UBC menggarisbawahi bahwa meskipun influenza telah menjadi bagian dari musim penyakit yang di anggap rutin, tingkat keparahan dan dampaknya terhadap sistem kesehatan masyarakat bisa sangat besar. Di Kanada sendiri, sebelum pandemi COVID-19, flu musiman di perkirakan menyebabkan 12 ribu rawat inap dan 3.500 kematian setiap tahunnya. Setelah pandemi, angka ini meningkat hampir 1,5 kali lipat karena imunitas populasi yang menurun dan kesenjangan vaksinasi.
Karakter influenza yang berubah-ubah dan sulit di prediksi membuat penanganannya memerlukan pendekatan multifaktor. Mulai dari edukasi publik, surveilans ketat, pembaruan data genom virus, hingga investasi pada pengembangan vaksin universal yang masih dalam tahap penelitian. Penanganan influenza tidak bisa bergantung pada pola lama yang mengandalkan vaksin musiman dan pengobatan simptomatik semata, tetapi harus di sesuaikan dengan dinamika zaman dan perubahan global.
UBC Studi Dampak Influenza Terhadap Kelompok Rentan: Anak, Lansia, Dan Pasien Komorbid
UBC Studi Dampak Influenza Terhadap Kelompok Rentan: Anak, Lansia, Dan Pasien Komorbid bukanlah penyakit ringan bagi semua orang. Meskipun sebagian besar individu sehat dapat pulih dalam beberapa hari, kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, dan individu. Dengan penyakit kronis menghadapi risiko komplikasi serius yang bahkan bisa berujung pada kematian. Penelitian UBC menyoroti bahwa pascapandemi COVID-19, dampak influenza terhadap kelompok ini semakin nyata dan mengkhawatirkan.
Pada anak-anak, terutama yang berusia di bawah lima tahun, sistem imun mereka belum sepenuhnya berkembang. Sehingga lebih mudah mengalami komplikasi seperti bronkiolitis, pneumonia, atau kejang demam akibat influenza. Studi menunjukkan bahwa angka rawat inap anak akibat flu di Kanada. Meningkat 33 persen pada musim flu 2023 di bandingkan sebelum pandemi. Penurunan paparan flu saat lockdown memperpanjang masa “naif imun” anak-anak, sehingga mereka tidak memiliki kekebalan dasar terhadap virus ini.
Bagi lansia, influenza menjadi pemicu utama perburukan kondisi kesehatan yang sudah melemah. Influenza dapat mempercepat progresi penyakit kronis seperti gagal jantung, diabetes, hingga Alzheimer. Lansia juga lebih sering mengalami komplikasi sekunder seperti infeksi bakteri dan gagal napas. Di panti jompo, flu bisa menyebar dengan cepat dan menimbulkan kejadian luar biasa jika tidak di kendalikan dengan protokol ketat.
Penting di catat bahwa meskipun vaksin influenza tidak memberikan perlindungan sempurna. Vaksinasi tetap terbukti mengurangi keparahan penyakit dan risiko rawat inap. Namun tingkat vaksinasi di kalangan kelompok rentan justru menurun dalam dua tahun terakhir, menurut data dari Canadian Public Health Agency. Fenomena ini terjadi karena banyak individu merasa lebih khawatir terhadap COVID-19, dan tidak menganggap flu sebagai ancaman yang sama besar.
Strategi Penanganan Flu Di Era Pascapandemi: Belajar Dari COVID-19
Strategi Penanganan Flu Di Era Pascapandemi: Belajar Dari COVID-19 selama tiga tahun terakhir. Memberi pelajaran penting bagi dunia dalam hal respons terhadap wabah penyakit menular. Studi UBC menyarankan agar strategi penanganan influenza pascapandemi tidak boleh kembali ke pola lama. Yang reaktif, tetapi harus mengambil inspirasi dari kesigapan, koordinasi, dan pendekatan ilmiah yang di terapkan saat pandemi global berlangsung.
Salah satu strategi utama adalah memperkuat sistem surveilans. Selama pandemi, pelacakan kasus secara digital, pelaporan real-time, dan kolaborasi antarnegara dalam berbagi data terbukti sangat efektif. Sistem serupa perlu di terapkan untuk influenza, agar penyebarannya bisa. Di petakan lebih cepat dan respons bisa di sesuaikan dengan karakteristik varian yang muncul setiap musim.
Vaksinasi tahunan tetap menjadi tulang punggung pencegahan influenza. Namun, pemerintah harus menyusun strategi komunikasi kesehatan yang lebih persuasif dan berbasis bukti. Agar kelelahan vaksin yang muncul pasca-COVID dapat di atasi. Penyampaian informasi melalui tokoh masyarakat, influencer kesehatan, dan dokter keluarga terbukti lebih efektif daripada kampanye umum yang bersifat satu arah.
Strategi baru juga mencakup penelitian dan pengembangan vaksin flu generasi terbaru. Saat ini, beberapa kandidat vaksin universal flu tengah di kembangkan di Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa. Dengan target memberikan perlindungan lebih luas terhadap berbagai strain sekaligus mengurangi kebutuhan vaksinasi tahunan. Jika berhasil, vaksin ini bisa mengubah cara dunia menghadapi influenza dalam satu dekade ke depan.
Studi UBC menekankan bahwa influenza bukan masalah musiman yang bisa di abaikan. Ia adalah ancaman berulang yang membutuhkan kewaspadaan, pengetahuan, dan kesiapan sistemik. Dunia telah belajar banyak dari COVID-19, dan kini saatnya menerapkan. Pelajaran itu untuk menghadapi ancaman lama yang masih relevan, yaitu influenza dengan UBC Studi.